Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA). Kalimat itu begitu tak asing lagi di telinga kita.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dibentuk untuk merealisasikan integrasi ekonomi
di kawasan Asia Tenggara, dimana MEA ini diharapkan dapat meningkatkan daya
saing dengan mengubah kelompok ekonomi menjadi pasar bebas dan basis produksi
tunggal. Ada 5 hal dasar tujuan yang akan diimplementasikan
dalam pasar terbuka MEA yaitu arus bebas barang, arus bebas jasa,
arus bebas investasi, arus bebas modal
dan arus bebas tenaga kerja terampil . dengan adanya MEA ini, sudah bisa
dipastikn akan terbuka lebar lapangan pekerjaan seluas-luasnya untuk warga
ASEAN. Mereka akan saling berkompetisi
untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka akan secara bebas keluar masuk dari satu
negara ke Negara lain untuk mndapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan dari
Negara yang dituju. Untuk menghadapi fenomena tersebut, tentulah diperlukan
adanya kualitas dalam diri untuk mampu bersaing dengan warga Negara yang
tergabung dalam MEA ini.
Lalu,
bagaimana dengan Indonesia? Sudah siapkah Indonesia menghadapi MEA atau dalam
bahasa asingnya ASEAN Economic Community (AEC)? Bung Karno Berkata “Berikan Aku
Sepuluh Pemuda, niscaya akan aku guncangkan dunia”. Kalimat tersebut seolah menjadi
tolak ukur bahwa bangsa yang besar berada di tangan pemudanya. Bagaimanakah
generasi muda Indonesia menjawab tantangan AEC? Pemuda adalah mereka yang
berusia 18 hingga 35 tahun. Dimana dalam fase usia ini mereka berada dalam masa
perkembangan biologis maupun psikologis. Oleh karenanya, pemuda selalu memiliki
semangat yang membara dalam mengaspirasikan pendapat, inovasi dan
kreatifitas-kreatifitasnya. Dengan adanya semangat yang membumbung tinggi serta
inovasi dan kreatifitas-kreatifitasnya, maka sangatlah mungkin suatu bangsa
akan lebih maju di tangan pemudanya.
Untuk menjawab tantangan global di era ASEAN
Economic Community (AEC) ini, generasi muda khususnya pemuda Indonesia harus
memiliki hardskill dan softskill yang tinggi agar mampu bersaing tak hanya
dengan warga indonesia saja namun juga dengan warga negara asing yang
berpeluang memiliki karir di indonesia .
Hardskill dan softskill merupakan dua unsur yang saling berketerkaitan satu
sama lain. dalam beberapa penelitian, hardskill dan softskill ini memiliki
porsi masing-masing dalam menentukan kesuksesan seseorang. Dalam hal ini,
softskill menempati porsi paling banyak yakni sekitar 80% dan sisanya 20 %
adalah hardskill.karena, orang yang sukses adalah mereka yang tidak hanya ahli
di bidang ilmu pengetahuan dan teknis (Hardskill) saja, namun lebih pada
bagaimana mereka mampu mengelola diri sendiri dan orang lain (Softskill).
Hardskill yaitu hal-hal yang berhubungan dengan penguaaan ilmu pengetahuan,
teknologi, keterampilan yang berkaitan dengan bidangn keilmuan yang dipelajari.
Sedangkan softskil adalah kemampuan sesorang dalam mengelola dirinya sendiri
maupun orang lain. didalam softskill ini sendiri ada beberapa hal yang dikuasai
oleh seseorang diantaranya kemampuan dalam berkomunikasi, membangun kerjasama
yang baik, kemampuan memotivasi, leadership skill, kemampuan berkomunikasi
didepan public dan juga kemampuan dalam mengontrol dirinya sendiri, bagaimana
mereka mampu bertanggung jawab atas amanah yang diemban, berlaku adil, jujur,
kemampuan memecahkan masalah dan masih banyak lagi. Dengan menguasai kedua
skill tersebut pemuda akan berusaha mengembangkan diri mereka, menunjukan
kinerja yang terbaik untuk menyongsong AEC.
Kaitanya
dengan adanya ASEAN Economic Community ini, generasi muda harus mampu
mengembangkan potensi yang mereka miliki. Salah satu kemampuan yang harus
dikembangkan adalah penguasaan dan kecakapan dalam berbahasa asing, terutama
bahasa inggris yang merupakan bahasa internasional. Mengeapa diperlukan
penguasaan bahasa asing? Karena dalam ASEAN Economic Community akan terjadi
siklus pasar bebas dimana produk-produk maupun jasa dari Negara-negara yang
tergabung dalam ASEAN Economic Community akan bebas keluar masuk ke Negara –
Negara di kawasan Asia Tenggara. Tak hanya barang dan jasa saja yang bebas
keluar masuk Negara – Negara yang tergabung dalam AEC, namun juga masalah
ketenagakerjaan. Tenaga kerja dari Indonesia akan bebas keluar masuk ke Negara
di kawasan Asia Tenggara begitupun tenaga kerja dari Negara di kawasan Asia Tenggara
akan bebas keluar masuk ke Indonesia. Oleh sebab itu, sangatlah diperlukan
kecakapan dalam berbahasa asing untuk menjalin komunikasi dan kerjasama yang
baik.
Tak
hanya kemampuan dalam berbahasa asing saja, pemuda juga dituntut untuk mampu
menguasai berbagai bidang keilmuan serta pengaplikasianya kedalam kehidupan.
Pemuda sebagai the Agents of Changes (agen perubahan) harus mampu membawa
perubahan menuju indonesia yang lebih maju terutama dalam menghadapi AEC ini.
Dengan semangat yang membara serta daya kreativitas dan inovasi yang terus berkembang, maka
sangat mungkin bagi Indonesia untuk siap menghadapi ASEAN Economic Community.
Selain itu, ada satu hal lagi yang harus menjadi perhatian bagi pemuada
Indonesia. Yakni Culture (Budaya).
budaya yang dimaksudkan disini adalah budaya disiplin dan menghargai waktu.
Jika kita melihat realita saat ini, waktu begitu mudah dipermainkan. Sering
kali kita mengenal yang namanya jam karet. Tidak on time, waktu molor, secara
otomatis hal tersebut akan mempengaruhi kinerja kita apalagi dalam kanca AEC
ini, pemuda tidak hanya dituntut untuk bisa menguasai bidang keilmuan namun
juga profesionalitas kerja yang tinggi. Maka, transformasi budaya sangat
diperlukan yakni budaya Indonesia yang lebih disiplin dan professional. Dengan
deminikan, Indonesia akan lebih siap menghadapi tantangan global di era
Masyarakat Ekonomi ASEAN serta mampu bersaing dengan pesaing dari luar.
Sejauh
ini, pemerintah sudah banyak ikut andil dalam memfasilitasi aspirasi pemuda
Indonesia. Terutama dikalangan mahasiswa, pmerintah menggagas program-program
yang mampu menstimulus para generasi pemuda untuk berpikir creative dan
innovative. Salah satu program-program tersebut diantaranya ada PKM (Program
Kreatifitas Mahasiswa) dan PMW (Program Mahasiswa Wirausaha). PKM sendiri
merupakan salah satu upaya pemerintah khususnya dari direktorat perguruan
tinggi (DIKTI) untuk meningkatkan mutu para pemuda indonesia khususnya
mahasiswa. PKM dikembangkan untuk mengantarkan mahasiswa yang tidak hanya
menguasai ilmu pengetahuan secara akademik saja, namun juga mampu
mengimplementasikan ilmu pengetahuan dengan ide-ide yang kreativitas dan
inovatif dalam rangka mempersiapkan diri agar mampu bersaing di era masyarakat
ekonomi asean ini dimana para pemuda dituntut untuk creative dan inovatif agar
tidak tertinggal oleh pesaing-pesaing dari Negara lain. sedangkan untuk PMW
(Program Mahasiswa Wirausaha) sendiri bertujuan untuk memberikan bekal ilmu
pengetahuan, keterampilan dan jiwa wirausaha serta mengubah mindset para mahasiswa dari pencari
kerja (Job seeker) menjadi pencipta lapangan pekerjaan (Job Creator) serta
menjadi calon pengusaha yang tangguh dan sukses dalam menghadapi persaingan
global. masih banyak lagi program pemerintah yang mampu mendorong kreatifitas
mahasiswa demi kesiapan Indonesia menghadapi AEC. Dengan adanya program-program
tersebut maka mahasiswa akan saling berkompetisi menunjukan kreativitas terbaik
mereka sehingga kemdian dapat menjadi bekal untuk menghadapi Economic Asean
Community.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar