Why I’m
deaf?? Kalimat pembuka isi curahan hati seorang tuna rungu. Sebut saja namanya
april. Tulisan itu tak sengaja aku temukan di sela-sela lembaran catatan
pelajaran mata kuliahnya. Terlepas dari
itu catatn pribadi atau bukan, yang jelas dia meletakanya di sela-sela catatan
pelajaran. Sehingga siapapun bisa dengan leluasa membacanya. Termasuk aku yang
kala itu mendampinginya dalam kelas mata kuliah nirmana 3 gatra. Lembaran demi
lembaran aku buka ternyata aku menemukan lagi tulisan yang intinya hampir
demikian yakni tentang “mengepa aku ditakdirkan tuli?”. Yang lebih mengejutkan
lagi, tulisan itu dibuat setahun persis ketika aku membacanya saat itu. Yakni
tanggal 16-3-2015 sedangkan aku menemukan tulisan itu juga tepat pada tanggal 16-3-2016.
Aku membaca dengan seksama tulisan itu
yang kurang lebih rangakaian baitnya seperti ini.
Mengapa
aku tunarungu.. ??
Mengapa
harus aku ??
Ya
Allah.. apa dosaku.?
Apa dosa
orang tuaku sehingga kau memberikan cobaan ini pada keluargaku ?
Meskipun
aku tuli
aku tak
boleh menyerah
Aku punya
mimpi dan cita-cita..
Akan
kubuktikan aku bisa..
Kemudian
kembali kubuka lembaran berikutnya.. dan aku menemukan goresan tinta itu lagi..
Why I’m
deaf??
Mengapa
tuhan menciptakan aku tuli?
Tapi aku
bersyukur,
Setidaknya
aku masih bisa sedikit berbicara,
Aku
diberi kesehatan
Aku
diberi orang tua dan teman-teman yang menyayangiku..
Terima
kasih ya Allah..
Sajak terahir
sedikit membuatku terenyuh. Malu. Bagaimana tidak? April seorang gadis penyandang tunarungupun amat mensyukuri apa yang dia miliki saat ini. Sekalipun dia
sempat mengeluh atas keterbatasanya. Di hari itu aku belajar dari april. Bahwa kebahagiaan
diciptakan dari diri kita sendiri. salah satunya dengan memperbanyak rasa
syukur kita pada sang pencipta. Tak ada manusia yang sempurna, tetapi
kesempurnaan itu ada jika kita selalu mensyukuri apa yang ada. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar