Sabtu, 16 April 2016

Belajar, Berjuang, Bertaqwa

IPNU-IPPNU Se-Nusantara khususnya  Se-Malang raya tengah menghelat acara NIF (National Islamic Festifal) yang diselenggarakan di UNISMA (Universitas Islam Malang). Kegiatan ini digagas setelah rapat koordinasi antar PKPT se-Jawa Timur yang diselenggarakan di Banyuwangi tanggal 29 Februari 2016 . rangkaian kegiatan NIF di mulai pada pada jumat tanggal 8 April 2016 dengan agenda donor darah kerjasama antara panitia NIF dan PMI kota malang. Antusias masyarakat begitu besar dalam mengikuti kegiatan donor darah ini. jumlah pendonor mencapai 100 orang yang terdiri dari berbagai kalangan masyarakat.
Rangkaian acara NIF selanjutnya adalah berbagai cabang perlombaan yang diselenggarakan ada hari sabtu 9 april 2016, yakni Musabaqoh Qiro’atil Qur’an (MSQ), Musabaqoh Syahril Qur’an (MSQ), dan Lomba Banjari. Untuk cabang lomba MSQ dan MQQ diperuntukan untuk kategori SMA sederajat. Sedangkan untuk lomba banjari untuk umum.
Perlombaan banjari sempat tidak kondusif karena guyuran air hujan lebat pada siang hari. Tak heran karena lokasi panggung untuk cabang lomba banjari terletak di lapangan terbuka. Namun semuanya bisa teratasi oleh panitia. Semakin larut malam, acara semakin meriah dengan penampilan-penampilan grup banjari yang datang dari berbagai daerah. Setelah semua peserta tampil dengan penampilan terbaiknya, juri memutuskan pemenang untuk lomba banjari ini. juara pertama diraih oleh grup Sholawat Al- Banjari Nur Muhammad, juara kedua diraih oleh grup sholawat Al-Banjari Allamak, dan Juara ketiga di raih oleh grup Sholawat Al-Banjari Silahurrohmah.
Acara puncak National Islamic Festival diselenggarakan pada hari minggu 10 April 2016, yakni acara seminar nasional yang mengusung tema “Kredibilitas Mahasiswa Muslim dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEANDengan pemateri Prof. Dr. KH. Imam Mawardi M. Ag dan KH Marzuqi Mustamar . Dalam kesempatan tersebut, beliau menyampaikan jadilah pemimpin yang islami, jadilah pengusaha yang islami, jadilah apapun yang islami, yangpada intinya beliau berpesan bahwa seorang pemuda khususnya pemuda islam dimanapun dan menjadi apapun nanti, jadilah orang yang tetap teguh memegang syariat islam.



Itulah serangkaian acara National Islamic Festival. Semoga IPNU-IPPNU tetap Berjaya dan dijaga semangatnya. Salam Belajar, Berjuang, Bertaqwa J

Sabtu, 19 Maret 2016

Why I’m Deaf??



Why I’m deaf?? Kalimat pembuka isi curahan hati seorang tuna rungu. Sebut saja namanya april. Tulisan itu tak sengaja aku temukan di sela-sela lembaran catatan pelajaran mata kuliahnya.  Terlepas dari itu catatn pribadi atau bukan, yang jelas dia meletakanya di sela-sela catatan pelajaran. Sehingga siapapun bisa dengan leluasa membacanya. Termasuk aku yang kala itu mendampinginya dalam kelas mata kuliah nirmana 3 gatra. Lembaran demi lembaran aku buka ternyata aku menemukan lagi tulisan yang intinya hampir demikian yakni tentang “mengepa aku ditakdirkan tuli?”. Yang lebih mengejutkan lagi, tulisan itu dibuat setahun persis ketika aku membacanya saat itu. Yakni tanggal 16-3-2015 sedangkan aku menemukan tulisan itu juga tepat pada tanggal 16-3-2016.  Aku membaca dengan seksama tulisan itu yang kurang lebih rangakaian baitnya seperti ini.

Mengapa aku tunarungu.. ??
Mengapa harus aku ??
Ya Allah.. apa dosaku.?
Apa dosa orang tuaku sehingga kau memberikan cobaan ini pada keluargaku ?
Meskipun aku tuli
aku tak boleh menyerah
Aku punya mimpi dan cita-cita..
Akan kubuktikan aku bisa..

Kemudian kembali kubuka lembaran berikutnya.. dan aku menemukan goresan tinta itu lagi..

Why I’m deaf??
Mengapa tuhan menciptakan aku tuli?
Tapi aku bersyukur,
Setidaknya aku masih bisa sedikit berbicara,
Aku diberi kesehatan
Aku diberi orang tua dan teman-teman yang menyayangiku..
Terima kasih ya Allah..

Sajak terahir sedikit membuatku terenyuh. Malu. Bagaimana tidak? April seorang  gadis penyandang  tunarungupun amat mensyukuri  apa yang dia miliki saat ini. Sekalipun dia sempat mengeluh atas keterbatasanya. Di hari itu aku belajar dari april. Bahwa kebahagiaan diciptakan dari diri kita sendiri. salah satunya dengan memperbanyak rasa syukur kita pada sang pencipta. Tak ada manusia yang sempurna, tetapi kesempurnaan itu ada jika kita selalu mensyukuri apa yang ada. J  

Minggu, 13 Maret 2016

Belajar dari Para Penyelamat



Awal bulan kelahiran yang cukup menyenangkan. Hari itu aku bersama rekan-rekanku mengikuti pelatihan Mitigasi Bencana Alam Berbasis Teknologi yang diselenggarakan oleh GADAMUSA Discovery yang bekerjasama dengan TERRA Telkomsel. Sekedar informasi, Gadamusa Discovery adalah sebuah lembaga yang menangani penanggulangan bencana secara tanggap,  sedangakan TERRA (Telkomsel Emergency Response & Recovery Activity) merupakan bagian dari CSR Telkomsel yang terbentuk pada 21 Januari 2010. Tugas utamanya adalah penanggulangan dan pemulihan pascabencana. Dalam kesempatan ini, keduanya berkolaborasi dalam menyelanggarakan kegiatan Mitigasi Bencana Alam Berbasis Teknologi ini. Peserta yang mengikuti pelatihan ini Mayoritas terdiri dari mahasiswa dengan latar belakang minat dan bakat yang berbeda-beda. Ada yang dari pecinta alam, geng motor, tim rescue, bahkan ada juga yang mengikuti kegiatan ini dengan alasan hanya sekedar untuk mengisi kekosongan waktu. Para peserta yang mengikuti kegiatan ini tidak dipungut biaya sama sekali. Peserta difasilitasi kaos, makan tiga kali dan snack serta uang pembekalan pasca kegiatan usai.  semua di tangggung oleh pihak panitia Gadamusa Discovery bekerjasama dengan Terra Telkomsel. Kegiatan yang berlangsung di area sekitar  air terjun coban rondo kota Batu Jawa Timur ini diawali dengan sarapan pagi semua peserta kemudian dilanjutkan dengan apel pagi sekaligus perkenalan di lapangan. Setelah itu, peserta diiring untuk menuju tenda berukuran kurang lebih 10 x 5 meter. Disanalah nantinya para peserta akan mendapatkan pengetahuan. Materi pertama di sampaikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu tentang apa makna dari sebuah bencana dan bagaimana cara menanggulanginya? Sejatinya, bencana merupakan rentetan peristiwa yang terjadi yang kemudian menimbulkan dampak kerugian terutama bagi manusia. Sejauh yang kita ketahui, Bencana tidak hanya disebabkan oleh alam yang sedang tidak bersahabat melainkan ada juga bencana social maupun bencana dalam ranah teknologi. Sebagai contoh bencana social yang terjadi adalah konflik antar suku, terorisme dan lain sebagainya. Sedangkan untuk bencana teknologi kita tahu sendiri bahwasanya perkembangan teknologi berkembang begitu pesat. Apapun bisa diakses melalui teknologi yang serba canggih misalnya saja gadget. Di jaman sekarang hampir semua orang memiliki gadget. Baik anak-anak maupun dewasa sudah mahir mengoperasikan benda tersebut. Ada baik buruknya memang, jika kita bisa memanfaatkan gadget untuk hal-hal positif seperti mencari informasi tentang suatu hal, jejaring social yang bisa dengan mudah kita akses melalui gadget itu akan sangat bermanfaat bukan? Lain halnya apabila gadget digunakan untuk hal-hal yang negative semisal untuk penipuan virtual, pornografi dan lain sebagainya, hal tersebut tentu akan menjadi bencana bagi penikmat teknologi yang akan terus berkembang ini.
Kegiatan ini bertepatan dengan hari jumat sehingga setelah materi pertama dipaparkan, peserta dipersilahkan untuk melaksanakan sholat jumat bagi mereka yang menjalankanya. Setelah itu dilanjutkan dengan istirahat dan makan siang. Kemudian dilanjut dengan materi selanjtnya mengenai pemaparan aplikasi GPS Track Mini. Aplikasi ini diciptakan untuk mendeteksi keberadaan bencana yang sedang terjadi. Aplikasi yang berbasis android ini bisa di install di ponsel pintar penggunanya. Pengguna aplikasi ini dapat memberikan informasi terkait keberadaan bencana yang sedang terjadi dilokasi. Informasi data yang disampaikan pengguna melalui ponsel akan terbaca oleh satelit dan tersambung ke server sehingga tim rescue akan segera terjun langsung ke lokasi bencana yang diberitakan oleh pengguna GPS Track mini ini (kurang lebih seperti itu yang saya tahu). Usai materi disampaikan, peserta melakukan simulasi dengan menggunakan aplikasi tersebut. Sayangnya, proses simulasi tidak berjalan begitu lancer karena terhalang oleh sinyal (bend witch ) yang lemah. Meskipun begitu, dari kegiatan ini, banyak manfaat yang bisa didapat. Setidaknya pengalaman, pengetahuan, dan rekan baru J  

Kamis, 04 Februari 2016

AWAL SEMESTER

13 September 2015, dua minggu sudah keberadaanku di malang setalah kepulanganku dari cilacap. Seperti yang kubanyangkan sebelumnya, aku akan memadatkan kekgiatanku selagi di malang ini. Lebih tepatnya membuat hari hariku menjadi lebih bermanfaat. Yahh sudah kuraskan beberapa hari ini memang. Minggu pertama perkuliahan masuk, akau tengah disibukan dengan kesibukan baruku. Mulai dari pendampingan mahasiswa difable, bimbingan belajar privat, pun dengan kegiatan pesantren, belum lagi aktifitas perkuliahan dan bimbingan laporan dengan dosen malah belum terjamah sama sekali. Aku mencoba menikmatinya… yaa meskipun weekend ini aku merasa sangat useless karena tak ada kegiatan berarti yang ku lakukan.
Menjadi volunteer untuk mahasiswa difable memang pilihanku, mengapa? Karena memang aku sempat berfikir bagaimana mereka bisa menyelesaikan  urusan perkuliahan mereka dengan keterbatasan nyata yang mereka punya? Dari situ aku berempati untuk terjun menjadi volunteer mahasiswa penyandang difable. PSLD (Pusat Studi Layanan Disabilitas). Sebuah lembaga yang melayani mahasiswa difabel di Universitas Brawijaya.
Hari pertama Pendampingan aku mendampingi seorang mahasiswa baru berasal dari blitar. Dia seorang tuna daksa, mngkin hanya perkara menulis cepat saja kelemahnya, dan berbicara yang kurang jelas pula. Sehingga perlu didampingi saat melaksanakan aktiviitas perkuliahan Aku masih mudah mengendalikan dan mendampinginya.
Di hari keduaku, aku harus mendampingi mahasiswa dari fakultas hukum. Aku kira dia mahasiwa baru yang belum tahu apa-apa soal kampus,setelah ditelisik, ternyata dia angkatan “tua” yang memang ada berbagai factor yang menyebabkan kuliahnya belum terselsaikan hingga saat ini. Dan perlu diketahui juga, keterbatasan penglihatan yang ia derita ternyata berasal dari musibah kecelakaan yang dia alami pada saat kuliah semester tiga di tahun sebelumnya. Tak hanya dia. Di kantor pusat PSLD aku juga bertemu dnegan mahasiswa tuna naetra lainya. Dia bernama afif, kalau yang ini memang benar2 mahasiswa baru. Dia berasala dari kota solo jawa tengah, di tengah2 keterbatasan yang ia punya, dia memiliki bakat terpendam  yakni ia pandai bermusik,terlebih alat music drum. Dalam waktu dekat ini juga dia akan mengikuti kontes di Surabaya ungkapnya kala itu.
Dihari ketigaku mendampingi mable (hasaiswa difable), semakin menantang. Kali ini aku mendampingi dua mahasiswa tunarungu di jurusan management informatika vokasi. Karena bahasa isyaratku masih sangat minus, aku sempat kebingungan ketika harus mendampngi mereka. Apa yang dijelaskan oleh sang dosen harus aku transfer kepada mereka dengan bahasa isyarat yang memang belum spenuhnya aku kuasai.  Dihari itu juga sang dosen meminta para mahasiswa untuk pretest. Terang saja, mahasiswa yang ku damping hari itu adalah semester 3, jadi wajar saja jika pelajaran semsetr lalu diulang kembali dengan pretest. Terkesan sulit memang untuk mentransfer bahasa yang disampaikan dosen kepada mereka, tapi setelah ditelateni, semua all is well.
Dihari keempat jauh lebih menantang. Sekilas mahasiswi ini tak jauh beda dengan mahasiswa-mahasiswa lainya. Dia tampak normal dan sejenak aku berfikir kenapa dia harus didampingi? Sepertinya dia baik-baik saja? Dan waktupun menjawab. Tiba didalam kelas dan perkuliahan dimulai. Disitu aku baru tahu, mengapa butuh pendamping? Autis. dia sulit mengendalikan dirinya sendiri, suka aktif sendiri, berpendapat namun apa yang dia lontarkan sulit dimengerti orang lain dan bahkan bisa dibilang gak nyambung . bisa jadi malah dia menjadi bahan tertwaan teman2 sekelasnya. Tugasku menenangkan dia ketika dia akan bertindak di luar jalur yang seharusnya. Agak harus berhati hati memang, karena orang yang menderita autis terkadang sangat sensitive perasaanya. Mungkin di hari-hari berikutnya akan lebih banyak cerita

Yaah begitulah awal semester 7 yang penuh warna… semoga pengalaman2 kecil itu bisa membuatku lebih banyak bersyukur dan membuat hari2ku lebih bermanfaat lagi J

Selasa, 02 Februari 2016

DIA MAHA ADIL


Benar- benar adil. bukan hal yang tabu lagi, memang DIA adalah dzat yang maha adil. mungkin karena aku  tengah merasakan keadilan itu begitu dekat denganku. aku adalah mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi di kota malang yang akan menyelesaikan tugas akhir perkuliahan (skripsi). Sudah barang tentu pertemuan dengan dosen pembimbing menjadi rutinitas hampir setiap hari. Lebih tepatnya mengunjungi kampus dan berniat untuk menemui dosen entah itu nanti bertemu atau tidak. Terkadang sudah ditunggu berjam-jam tetapi beliau tak berkehendak menemui kami (mahasiswa) karena ada kesibukan lain. keadaan itu seperti menjadi hal yang biasa bagi kami. Bapak dosen yang membimbingku kali ini memang terkenal cukup “sadis” dalam membimbing mahasiswanya. Bukan berati jahat atau sadis yang bermakna buruk bagi sebagian orang, tetapi beliau lebih jeli dan jika beliau ada kepentingan, beliau benar-benar tidak bisa diganggu.
Singkat cerita, suatu hari aku menghadap beliau untuk berkonsultasi mengenai tema skripsiku. Aku tidak sendiri, kedua rekanku menghadap dengan tujuan yang sama. Awalnya kami adalah team yang akan memecahkan kekerabatan stok ikan pada tiga perairan. Maklum saja aku adalah mahasiswa perikanan. Jadi pembahasan kami tidak jauh-jauh dari tema perikanan. Setelah berdiskusi panjang lebar, akhirnya beliau memecah kami dengan satu tema yang sama namun berbeda perairan. Pilihanya adalah perairan utara (Probolinggo), selatan (jember), dan selat bali (banyuwangi). Dalam benaku, aku akan memilih probolinggo, karena jarak dari kota malang lebih dekat, pikirku waktu itu. baru saja aku ingin mengutarakan hal itu, ternyata temanku sudah lebih dulu mengutarakan hal yang sama karena memang dia diberi kesempatan lebih dulu untuk menjawab. Begitu juga untuk temanku yang satunya lagi, dia sudah mengutarakan pilihanya lebih dulu yaitu jember. Tinggal aku. Aku tak punya pilihan lain selain melakukan penelitian di banyuwangi. Awalnya dosenku sempat tak yakin jikalau aku mengambil keputusan untuk penelitian di banyuwangi karena memang jarak malang dan banyuwangi tak bisa dikatakan dekat. Dengan nada yang sedikit underestimate beliau bertanya kepadaku “..kamu sudah pernah ke banyuwangi?” , “kamu punya kenalan orang banywangi apa tidak?” kedua pertanyaan tersebut sama-sama aku jawab “tidak pak..” karena memang aku tidak tahu menahu soal tempat itu, pun dengan orang-orang yang sekiranya bisa memabantuku ketika penelitian di lapang. sama sekali aku tak punya kenalan disana. Namun dengan nada tegas aku meyakinkan beliau ketika beliau bertanya “kamu siap penelitian di Banyuwangi?’..ku jawab “siap pak”, meskipun di dalam hati dilanda kecemasan karena alas an di atas tadi.
Disisi lain, kedua rekanku yang memilih penelitian di Jember dan Probolinggo, mereka seakan sudah menemukan jalan sendiri kepada siapa mereka akan mengadu di lapang karena bapak dosenku sudah memberi pencerahan dan juga contact person yang bisa dihubungi. Teknisnyapun sudah beliau utarakan. Sedangkan aku, seakan buntu, beliau hanya menyampaikan secara teknis bagaimana cara sampling yang tepat tanpa memberiku contact person rekan beliau yang ada disana. Alasanaya adalah terlalu khawatir jikalau nanti aku menghubunginya dengan nada yang tidak sopan. aku pikir itu alasan yang logis karena memang orang yang dimaksud adalah atasan. Beliau menjabat sebagai kepa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Pelabuhan Muncar Banyuwangi. Terang saja dosenku tak mau sembarangan memebrikan kontaknya kesembarangan orang. Akhirnya aku memutar otak kembali agar bisa mendapatkan paling tidakada orang yang bisa aku hubungi ketika terjun di lapang. Sampai kepalang aku tak kunjung mendapatkan kepastian. Akhirnya kembali aku meminta kontak dari bapak kepala TPI itu, dan Alhamdulillah beliau memberikanya dengan catatan yang kukira sebagai amanah “ kalau menghubungi yang sopan, tahu waktu”, lantas ku jawab “baik pak”. Disisi lain, aku juga mulai mencari informasi seputar  tempat tinggal yang nantinya akan aku tempati selama aku mengambil sample penelitiian. Beruntung, seorang kawan asli dari banyuwangi menawarkan tempat tinggal dirumahnya.
Setelah kurasa cukup, aku siap  berangkat ke banyuwangi untuk sampling  bulan januari, aku berpamitan kepada sang dosen dan iapun berkata “pastikan dulu ada ikan atau tidak”. Memang keberangkatanku kala itu hampir mendekati terang bulan yang artinya banyak nelayan yang tidak melaut dan bisa saja aku tak mendapatkan ikan yang aku cari. Tetapi dengan niat dan tekad yang kuat, akhirnya aku tetap berangkat ke banyuwangi karena target bulan januari aku harus sudah sampling. Aku berangkat ditemani seorang kawan yang kebetulan memerlukan sample ikan yang sama. Dalam perjalanan menuju banyuwangi, kusempatkan menghubungi nomor telephone yang tempo hari diberikan oleh dosenku (Kepala TPI Muncar). Aku mengatakan bahwasanya aku sedang perjalanan menuju banyuwangi. Kemudian pesan singkat itu terjawab “mudah2an masih ada yang kerja (melaut), soalnya banyak yang libur menjelang terang bulan”. Jawaban tersebut berbeda dengan apa yang pernah kutanyakan hal yang sama sebelumnya, dan itu seakan membuatku putus asa. Tapi tak mengapa, kalau memang tidak ada ikan, setidaknya aku sudah tau wajah banyuwangi seperti apa. Pikirku menghibur diri dalam perjalanan. Banyak cerita selama perjalanan menuju  kabupaten di ujung timur pulau jawa itu. mulai dari pergantian bus sampai empat kali sampai modus penipuan baru di dalam bus. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih Sepuluh jam, akhirnya aku sampai di pemberhentian bus. Tak sampai disitu, aku masih harus menempuh perjalanan lagi untuk sampai ke alamat yang aku tuju yakni kediaman kawanku. Aku putuskan untuk menggunakan jasa tukang ojek untuk mengantarkanku menuju lokasi. Meskipun awalnya sempat berputar-putar karena memang lokasinya cukup sulit, namun akhirnya aku sampai juga di rumah kawanku. kebetulan kawan yang aku maksud  sedang tidak berada di rumahnya melainkan sedang berada di cilacap untuk penelitian juga.. kedatangan kami disambut baik oleh keluarganya. Aku sangat bersyukur, setidaknya aku punya tempat tinggal untuk bermalam. Malam terasa sangat singkat karena tak terasa pagi sudah menjelang.
Di pagi itu, aku putuskan untuk mengunjungi tempat pelelangan ikan di pelabuhan dengan maksud membeli sample ikan yang aku maksud, meskipun dalam hati kecil ada keraguan akan keberadaan ikan tersebut. sekedar info saja, spesies ikan yang aku maksud adalah ikan lemuru (Sardinella Lemuru). Jarak antara rumah dengan pelabuhan cukup jauh, dan ketika itu aku tempuh dengan mengendarai becak. Sesampainya di lokasi, ternyata ada satu kapal yang sedang mendaratkan hasil tangkapanya. Dan ikan yang didaratkan tersebut adalah ikan yang aku cari. Puluhan kilo ikan didaratkan dan siap disetorkan ke  pabrik pengolahan. Langsung saja aku menghampiri sipemilik kapal yang berada diatas kapal dengan maksud membeli ikan beberapa kilo untuk dibwa ke malang. Setelah berbincang-bincang, aku mendapatkan ikan tersebut sejumlah kurang lebih tujuh kilo secara Cuma-Cuma alias gratis. Sebenarnya ikan-ikan tersebut tak boleh dijual eceran karena memang sudah pesanan dari pabrik. Tapi kenyataan berkata lain. aku sangat bersyukur  kala itu. langsung saja aku bawa ikan-ikan tersebut untuk aku bawa ke malang dan diidentifikasi keesokan harinya.
Dalam keadaan lain, dua teman yang memilih penelitian di jember dan probolinggo tak kunjung mendapatkan ikan yang sama, padahal hari sudah mendekati bulan februari dan frekuensi mereka ke lokasipun tidak hanya sekali.saja tetapi tiada hasil karena memang sedang tidak musim ikan.
Hal ini yang kemudian membuatku sadar bahwa keadilan Allah itu begitu dekat. Disaat aku harus kebingungan bagimana  mekanisme di lapang dan juga jarak tempuh lokasi yang cukup jauh, Allah memberikan kemudahan lain untuk menuntaskanya. Sedangkan dua rekan yang lain, denagn jarak lokasi yang cukup dekat tetapi alampun tak menghendaki.” Inna ma’alusri yusro”, “sesungguhnya bersama dengan kesullitan, terdapat kemudahan” Aku juga yakin Allah juga akan memeberikan kemudahan untuk mereka yang mungkin didapat dengan jalan yang berbeda.

Jumat, 29 Januari 2016

KEMBALI BERMIMPI



Tiba di suatu hari, ku bertemu dengan seorang kawan lama, sebut saja namanya hasan. Dia seorang mahasiswa aktif di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia, Institut Pertanian Bogor. Siang itu dia berkesempatan untuk singgah di kota malang  karena sebuah acara yang melibatkan dirinya. Kebetulah aku dan satu kawan lagi dari sekolah yang sama sedang menempuh pendidikan di kota malang. Kami bertiga sama-sama putra putri Kartini yang menimba ilmu di tanah rantau. Dan pada suatu kesempatan kami dipertemukan disini, di kota malang. Pertemuan kami hanya beberapa jam memang, tapi terasa sangat lama karena tak kusangka ternyata dia (hasan) pandai berkisah. Sangat lama, karena begitu banyak cerita yang ditorehkan. Pengalaman, organisasi, prestasi yang mengisnpirasi bahkan suka duka menjadi anak rantaupun tak luput dari perbincangan kami kala itu. sesekali kami tertawa kecil ketika mengenang masa putih abu-abu. Terkenang bagaimana riuhnya suasana kelas yang berpenghuni 27 kepala dengan bermacam karakter. Di ruang kelas yang cukup luas itu, kami sama-sama berproses, berangan dengan mimpi dan ambisi masing-masing. Dan sekarang, sedikit jejak sudah mulai terlihat  dari masing-masing kami.  Semua punya cerita dan prestasi di  bidangnya. Salah satunya kawan yang satu ini, beberapa waktu lalu, dia baru saja  dinobatkan sebagai presidium nasional KMNU. Semangat  yang sempat menyurut,, kembali terpompa saat mendengar kisah-kisah itu. kembali termotivasi untuk kembali bermimpi. Jalan aspal dan berbatu sudah siap untuk kami tapaki.   

Malang, 28 January 2016

Selasa, 05 Januari 2016

CILACAP

Cilacap, sebuah kota kecil di selatan jawa yang letaknya berbatasan dengan propinsi Jawa Barat. Sebelumnya saya tak pernah menginjakan kaki di kota yang bericon “Cilacap Bercahaya” ini. Cilacap menjadi kota tujuan saya bersama 12 rekan saya untuk melaksanakan Praktek Kerja Magang (PKM) sebagai prasyarat kelulusan salah satu mata kuliah di Program study kami.
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap adalah tempat kami mengais ilmu selama satu bulan. Pelabuhan Cilacap Merupakan salah satu dari lima Pelabuhan Perikanan Samudera yang ada di Indonesia.  Dalam praktek Kerja magang di PPS Cilacap ini, Masing-masing dari kami memiliki tema yang berbeda-beda untuk disajikan dalam sebuah laporan yang juga akan diujikan nanti seusai pelaksanaan Praktek Kerja Magang.
Banyak hal yang kami dapatkan dikota ber Plat-R  ini. Masyarakatnya yang ramah, suasana damai, hingga makanan khas yang membuat lidah kami jatuh cinta pada makanan ini. Makanan tersebut adalah mendoan. Mendoan khas disini berbeda dengan mendoan yang ada di daerah lain. kebanyakan penjual mendoan yang kami jumpai disini membuat mendoan yang mereka jual dengan bahan dasar tempe yang mereka buat sendiri pula. Tak heran  jika mendoan disini memiliki cita rasa yang khas.
“Aja kelalen umah  dikunci, kompor dipateni, nek ditinggal lunga-lunga ” salah satu kalimat yang kami jumpai di sudut jalan yang membuat kami terheran-heran dengan bahasa demikian. Inti dari kalimat tersebut adalah “ jangan lupa rumah dikunci, matikan kompor, jikalau ditinggal bepergian”. Cilacap juga dikenal dengan bahasa ngapaknya. Kesan pertama bagi yang belum terbiasa mendengar kalimat tersebut mungkin aneh. Namun lama kelamaan kami sudah terbiasa dengan  bahasa dan logat yang demikian bahkan sesekali kami juga bercakap-cakap dengan menggunakan bahsa ngapak.
Tidak hanya keunikan bahasa dan makananya saja, cilacap juga memiliki berbagai tempat wisata yang bisa dikunjungi. Seperti wisata Benteng Pendem, Pantai teluk Penyu, dan Pulau Nusakambangan. Untuk pantai Teluk Penyu dan Benteng Pendem sendiri letaknya tidak begitu jauh dari tempat kami magang. Perjalanan dapat ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri pantai. Berbeda lagi dengan pulau  nusakambangan. Kami harus menyewa kapal untuk menyeberangi pulau sekitar kurang lebih dua puluh menit dari daratan. Perjalanan terjal menghempas ombak terbayarkan dengan keindahan alam pantai pasir putih yang ada di pulau nusakambangan. Diantaranya ada pantai widarapayung, pantai jetis, dan pantai permisan . Panorama yang disuguhkan sangat cocok sebagai tempat refreshing bersama keluarga maupun teman-teman.